Ada yang menyebutnya sebagai "Kurtilas", singkatan Kurikulum yang dikeluarkan tahun 2013 yang ditetapkan oleh Mendikbudnas M. Nuh. Pada awalnya terjadi perdebatan para ahli mengenai soal perlu atau tidaknya kurikulum KTSP berubah menjadi Kurtilas. Anehnya, guru sebagai ujung tombak pelaksana kurikulum pada waktu awal-awalnya 'sepi-sepi' saja tak ada tanggapan. Bisa jadi karena kebanyakan guru adalah PNS. Manut pada instruksi pimpinan atau atasan. "Mikul dhuwur mendem jero", "langit dijungjung bumi diinjak", "semuhun dawuh", "laksanakan dan amankan" terutama demi untuk loyal pada atasan yang sedang masih berkuasa.
Namun, dari jejaring sosial seperti FB, akhir-akhir ini banyak guru-guru yang mengeluh soal implementasi dari Kurtilas, terutama dari kesiapan sarana dan prasarana, seperti buku dan komputer serta koneksi internetnya. Mungkin bisa jadi ini diakibatkan oleh akan berakhirnya jabatan Mendikbudnas M. Nuh. Sepertinya tidak sedikit guru yang berharap ada perubahan yang signifikan mengenai pelaksanaan Kurtilas.
Sebagai pemerhati, pengamat, dan pelaksana pendidikan, menurut hemat saya keberhasilan menyambut masa depan bukan ditentukan oleh kurikulum apapun namanya, namun ditentukan oleh kualitas Guru sebagai ujung tombak pendidikan. Jadi kalau saya menjadi Mendikbud, saya akan fokus saja pada bagaimana meningkatkan kualitas dari guru yang ada.
Kurikulum mah hanya pedoman umum saja.
Menurut Managing Director Cisco Indonesia Sancoyo Setiabudi. "Terkait sumber daya manusia, dunia IT semakin lama permintaannya semakin tinggi, pada kenyataannya negara kita masih kekurangan ahli IT. Jadi jika ahlinya saja terbatas, bagaimana bisa mewujudkan internet yang baik dan aman," katanya di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa hal ini juga tidak terlepas dari posisi Indonesia yang memiliki potensi yang sangat besar dalam berbagai macam hal termasuk internet. "Bukan hanya karena Indonesia punya jumlah penduduk besar, tetapi juga pada kenyataannya pengguna internet di Indonesia berjumlah sekitar 71,2 juta orang, terbesar di Asia Tenggara," kata Sancoyo.
"Karena program yang baik tanpa adanya pendidik yang mumpuni, juga tidak akan berjalan lancar," ujarnya. (ant)
Namun, dari jejaring sosial seperti FB, akhir-akhir ini banyak guru-guru yang mengeluh soal implementasi dari Kurtilas, terutama dari kesiapan sarana dan prasarana, seperti buku dan komputer serta koneksi internetnya. Mungkin bisa jadi ini diakibatkan oleh akan berakhirnya jabatan Mendikbudnas M. Nuh. Sepertinya tidak sedikit guru yang berharap ada perubahan yang signifikan mengenai pelaksanaan Kurtilas.
Sebagai pemerhati, pengamat, dan pelaksana pendidikan, menurut hemat saya keberhasilan menyambut masa depan bukan ditentukan oleh kurikulum apapun namanya, namun ditentukan oleh kualitas Guru sebagai ujung tombak pendidikan. Jadi kalau saya menjadi Mendikbud, saya akan fokus saja pada bagaimana meningkatkan kualitas dari guru yang ada.
Kurikulum mah hanya pedoman umum saja.
Menurut Managing Director Cisco Indonesia Sancoyo Setiabudi. "Terkait sumber daya manusia, dunia IT semakin lama permintaannya semakin tinggi, pada kenyataannya negara kita masih kekurangan ahli IT. Jadi jika ahlinya saja terbatas, bagaimana bisa mewujudkan internet yang baik dan aman," katanya di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa hal ini juga tidak terlepas dari posisi Indonesia yang memiliki potensi yang sangat besar dalam berbagai macam hal termasuk internet. "Bukan hanya karena Indonesia punya jumlah penduduk besar, tetapi juga pada kenyataannya pengguna internet di Indonesia berjumlah sekitar 71,2 juta orang, terbesar di Asia Tenggara," kata Sancoyo.
"Karena program yang baik tanpa adanya pendidik yang mumpuni, juga tidak akan berjalan lancar," ujarnya. (ant)
Komentar
Posting Komentar
Nuhun sudah komentar